06/04/12

Kehidupan Sosial Politik dan Pemerintahan Masyarakat Kota Ampenan

Gambaran tetang kehidupan sosial Politik dan pemerintahan masayrakat Ampenan dari pra Kolonial samapai masuk Imperalisme Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan memiliki masa kejayaan dan pengalaman yang bersejarah tersendiri. Pengalaman itulah yang sekarang semakin memperkaya wawasan kehidupan kemasyarakat mereka hidup ditanah rantauan dengan mengadu nasib untuk cita-cita dan masa depan bagi harapan keluarga yang telah ditinggalkan oleh mereka sejak lampau.

1. Pengalaman masa sebelum dan sesudah Kolonial Belanda

Sebagai pengalaman Sejarah etnis-etnis yang bermukim di kota Ampenan, Misalnya masa penjajahan Belanda ibu kota Ampenan dijadikan sebagai kota Afdeeling Lombok dengan berdasarkan staatblad No. 181/1895 tanggal 31 Agustus 1895 bahwa Pulau Lombok ditempatkan langsung dengan pemerintahan Hindia Belanda sebagai bagian dari ke Residenan  Bali dan Lombok adan    dibagi menjadi wilayah/kompleks kecil seperti kompleks Pelabuhan, Perkantoran, komplek perdagangan, kompleks pemukiman dengan berdasarkan etnis masing-masing seperti yang pernah diuraikan di atas.

Pada tahun 1895 Belanda berkuasa mulai mempraktekan ajaran Colijn dengan semangat untuk menananmkan pada masyarakat Ampenan semangat sukuisme  yang paling ditonjolkan dan perbedaan agama (buku Integrasi Nasional dalam Pendekatan Budaya di Nusa Tenggara Barat, Depdikbud, 1996:52). Artinya menanamkan benih perpecahan dengan mempertajam politi adu domba sehingga akibatnya timbul rasa kebencian dari etnis-etnis. Timbul rasa kebencian dari etnis itu akan terjadi perpecahan (konflik) sehingga lebih muda Belanda memerintah mereka.

Dalam susunan pemerintahan diatur oleh Belanda dengan tidak berdasarkan wilayah atau komplek tinggal mereka akan tetapi berdasarkan etnis dengan berdasarkan kehendak Belanda atau pendudukung.    

Adanya pmindahan ibu kota pemerintahan dari Kota Ampenan ke Kota Mataram oleh Belanda, berarti kantor pemerintahan Asisten Keresidenan dan perumahan ikut juga pemindahan, sedangkan Kota Ampenan dijadikan sebagai kota pelabuhan sekaligus sebagai pusat kota perdagangan.

Pada masa pemerintahan Belanda jabatan Asisten Residen Kontrolir, InspekturPolisi, dan kepala Distrik dipegang jabatan oleh orang Belanda sedangkan jabatan Kepala Desa dipercayakan bangsa Bumi Putra (orang Lombok) yang merupakan jabatan paling rendah. Sedangkan kepal Desa dibantu oleh ”Kliang”  artinya Kepal Kampung (Kadus) sekarang   dan ”juruhwarah”  sebagai pembantu Kliang yang kan menyampaikan perintah langsung kepada rakyat apabila ada sesuatu yng berkaitan dengan Desa (rakyat) misalnya kegiatan gotongroyong infomasi penting dalam urusan pemerintahan. Selain itu dalam pengaturan dalam pemerintah desa terdapat juga untuk menjaga keamanan yaitu ”Langlang” yang akan bertanggungjawab terhadap keaman  Desa/kampung.

Kepala Desa, Kliang, Juruwarah, dan Langlang masa pemeritah Desa tidak mendapat gaji, mereka bekerja dengan suka rela. Akan tetapi mereka juga akan mendapat tanah pecatu (tanah bengkok) dan terbebas dari kerja Paksa/rodi, dan tidak dibebani dengan pajak.  

Pada masa Belanda juga para pegawai dengan memegang jabatan lebih banyak dari luar etnis Lombok, artinya etnis Jawa. Ada juga yang menjadi Guru, Perawat, dan menjadi pegawai rumah sakit. Sedangkan suku lain untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan sangan kurang.

Untuk mendukung pemerintahan Belanda itu juga dalam pemindahan ibu Kota dari kota Ampenan ke kota Mataram sampai sekarang, pada tahun 1928 Belanda membangun Pusat tenaga Listrik yang diberi nama  ”Ebalom” yang artinya ”Electrich Bali en Lombok” yaitu tenaga Listrik untuk wilayah Bali-Lombok untuk menyediakan kebutuhan Belanda juga untuk pegawai-pegawai dan sebagaian penduduk yang terdiri dari wilayah Kota Ampenan, Mataram dan Cakranegara. Sedangkan pusat Ebalom yaitu PLN sekarang karena telah terjadi Nasionalisasi semua aset Belanda, sehingga menjadi Perusahaan Milik Negara. (Integrasi Indonesia: Pendekatan Budaya NTB, Depdikbud, 1996:55).

2. Pengalaman masa Pendudukan Jepang

Pada tanggal 8 Desmber 1941 Jepang kembali bangkit untuk menunjukkan kekuatan militer serta semangat Bushidonya membom Pearharbour di Hawai samudra pasifik dengan tujuan menghancurkan pangkalan militer Amerika agar tidak menjadi batu sanjung ketika Jepang melakukan ekspansi ke negara-negara Asia Pasifik. Selain itu juga Jepang menguasai Pangkalan Militer Amerika ke 2 di Filipina. Jendral Mech Acthur berhasil dihancurkan oleh Jepang. Dalam waktu lebih kurang 2 bulan Asia Pasifik jatuh ketangan Jepang, disamping itu keberhasilan Jepang menarik simpatik baga Asia Pasifik dengan slogan propagandanya yaitu Gerakan Tiga A dan Jepang sebagai Saudara Tua. Akibatnya

Negara-negara Asia Pasifik termasuk Indonesia dibawah pendudukan Jepang. (Indonesia Abad ke 20, Moedjanto G. Drs. MA, 1988:69). Berbagai wilayah indonesia termasuk Lombok menjadi jajahan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Mei 1942 Angkatan Laut Jepang mendarat melalui pelabuhan Ampenan dengan menggantikan kedudukan Belanda. Akibatnya dalam proposi pemerintahan telah berubah termasuk pembagian wilayah di pulau Lombok terbagi menjadi tiga wilayah yaitu : pemerintahan Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Sedangkan wilayah ini pada masa Belanda disebut dengan pemerintaha  Kontrolir, sedangkan setelah dikuasai oleh pemeritahan Jepang menjadi Bun ken kanrikang. Kepala Distrik diganti menjadi  Gunco

Dan Kepala Desa menjadi Sunco. Sedangkan jawatan-jawatan lain yang penting adalah Kepolisian, urusan bahan makanan, dan urusan pemotongan hewan. Sejak masa pemerintahan Jepang kota Ampenan sepi kembali karena sistem pemerintahan lebih berorientasi ke Militerisme.  Pusat perdagangan kota Ampenan tidak lagi menjadi ramai, toko-toko kosong, gang-gang yang dekat dengan kepentingan Jepang diperlebar secara paksa.

Perhatian oleh Jepang kepada negara jajahan termasuk pembangunan kota Ampenan berbeda, Jepang membentuk kekuatan baik bersifat Diplomasi dan Militer seperti organisasi-organisasi Gerakan 3A, Fujinkai, Seinendan, sedangkan yang paling berperanan menentukan kakuatan pertahanan Jepang adalah Peta, Heiho, Keibodan. Organisasi ini diperalat oleh Jepang untuk menjadi alat perang. Pemuda-pemuda wajib Militer bagi yang berumur minimal 16 tahun, dengan tujuan untuk membantu jepang dalam perang Asia Timur raya melawan Sekutu. (Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 daerah NTB, Depdikbud, 1980 23-24).

 Suasana seputaran Kota Ampenan, Mataram, dan Cakranegara semakin genting dan sepi Jepang dengan kekauatan dan kekuasaan Militerisme semakin lama menimbulkan kebencian masyarakat. Larangan untuk berkumpul membicarakan politik, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, berbahasa indonesia disekolah-sekolah, kegiatan beribadah sebagai masyarakat Sasak dan etnis pendatang bermayoritas Islam dibatasi dan diintimidasi oleh tentara Jepang. Kegiatan seni Budaya larangan, semakin lama masyarakat terus tertanam rasa kebencian ingin melakukan pemberontakan.

Pemberontakan ini awalnya melalui gerakan penghentian pengiriman bahan makanan kepada setiap kantong-kantong pemerintahan Jepang. Gerakan itu dipelopori di Lombok oleh Mamiq Padelah, Lalu Durahman, Lalu Srinata dan lainnya agar masyarakat sadar bahwa pemerintahan Militer Jepang lebih mengutamakanan urusan dan kepentingan sendiri dari pada untuk kepentingan bangsa koloninya. (Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 daerah NTB, Depdikbud, 1980 23).

Kekuatan gelombang serang sekutu semakin dahsat dan Militer Jepang semakinkehilangan kepercayaan, maka Jepang menjanjikan pada bangsa Indonesia apabila membantu Jepang dalam perang Asia Timur Raya melawan Sekutu maka Indonesia akan diberikan Kemerdekaan.

Taktik, strategi dan kelicikan Jepang sudah diketahui oleh penduduk Indonesia termasuk di Lombok, maka ucapan Jepang tidak diperhatikan, semua yang berurusan dengan kepentingan dan kebutuhan Jepang diabaikan oleh masyarakat Lombok pada umumnya.

Waktu yang telah dinantikan telah tiba saatnya yaitu tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Naga Saki dan Hirosima di Bom oleh Sekutu dan akibatnya Jepang dengan Kaisar Hirohito menyatakan Menyerah tanpa sarat. Akhirnya Sekutu mengambil alih kekuasaan untuk mengamankan situasi bekas penjajahan Jepang dan mengembalikan tentara Jepang ke negaranya.

Akhir tahun 1945 Jepang meninggalkan Kota Ampenan, sejak itu kota Ampenan kembali berfungsi dan peranan pelabuhan mulai berangsur-angsur ramai kembali, kegiatan perdagangan mulai aktif. Para pedagang melakukan fungsinya, para buruh, tenaga kerja, kapal-kapal dagang kembali beraktivitas kembali yang sekian lamanya mereka telah tercekam oleh rasa ketakutan dan kekerasaan dari pemerintahan Jepang.

Kegiatan transportasi melalui darat kedaerah lombok Tengah, Lombok Timur, dan kepulau Sumbawa aktif kembali. Pola perbaikan pemerintahan mulai tertata kembali karena gelombang kekuatan Nasionalisme para pemuda dan tokoh, yaitu Bung Karno dan Hatta bersama dengan pemuda mencanangkan Proklamasi denga tujuan agar terbebas dar belenggu penjajah yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Deklarasi Of Independen tidak dapat dihindari lagi peluang kekosongan kekuasaan dan semangat kebangsaan dimanfaatkan oleh mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 (Sudah diuraikan pada bab III).

Setelah Kemerdekaan dicapai, maka status pemerintahan yang dulu warisan belanda yaitu kegiatan pemerinahan dikembalikan lagi ke Mataram, sedangkan kota Ampenan tetap menjadi kota perdagangan. Akan tetapi pelabuhan Ampenan juga mulai berpindah ke pelabuhan Lembar karena semakin meningkatnya arus transportasi darat lebih cepat. Akibatnya semakin lama kota pelabuhan Ampenan semakin sepi dan kegiatan perdagangan pun  menurun, karena di Cakranegara telah dibuka juga pertokoan-pertokoan, akibatnya konsumen sesuai dengan perkembangan tata kota lebih banyak membeli kebutuhannya di Cakranegara.

Wilayah dan perkampungan yang dihuni oleh berbagai etnis dibagi menjadi tiga kelurahan yaitu kelurahan Ampenan Utara, Kelurahan Ampenan Tengah, dan Kelurahan Ampenan Selatan, yang sampai sekarang menjadi pertumbuhan dan perkembangan pemekaran wilayah disetiap sudut kota Mataram.

 

Artikel Ini sudah diterbitkan di Jurnal Penelitian Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bali, NTB, NTT

0 komentar: