11/04/12

Paradigma Sosiologi

Secara sederhana paradigma dapat kita artikan sebagai kacamata atau sudut pandang dalam melihat obyek sesuatu yang diamati, istilah “paradigma” (paradigm) pertama kali diperkenalakan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya yang berjudul The Structure Of Scientific Revolution (Chicago: University Of Chicago Press, 1970). Menurutnya paradigma adalah satu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Dalam bukunya Kuhn mnejelaskan tentang perubahan paradigma dalam ilmu dan menurutnya disiplin ilmu lahir sebagai proses revolusi paradigma, bisa jadi suatu teori ditumbangkan oleh pandangan teori baru yang mengikutinya.
Dalam bidang sosioligi, pandangan ini dikembangkan secara sistematis oleh George Ritzer dalam bukunya Sociology A Multiple Paradigm Science (Boston Allyn and Bacon, Inc, 1980). Hanya saja karena satu dan lain hal , dalam penjelasan disini penulis tidak akan memakai buku aslinya versi Bahasa Inggrisnya, tapi cukup menggunakan buku saduran Alimandan dalam versi terjemahan yang berjudul Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Dalam buku ini George Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam disiplin sosiologi, meskipun dalam perkembangan teori mutakhir, pembagian tiga paradigma ini secara tegas menjadi usang dan kurang relevan. Ketiga paradigma yang dominan dalam sosiologi menurut Ritzer adalah  Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial yang dibedakan berdasarkan empat komponen dari paradigma yaitu ekemplar, gambaran subject matter, metode dan teori-teorinya.
Paradigma yang pertama adalah Fakta Soial, paradigma ini dikembangkan oleh Emile Durkheim, seorang sosiolog asal Perancis. Durkehim mempertegas bahwa pendekatan sosiologisnya berseberangan dengan Herbert Spencer yang menekankan pada individualisme. Spencer lebih tertarik pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat-masyarakat modern dan baginya kunci untuk memahami gejala sosial dan alamiah lainnya adalah hukum evolusi yang universal. Ada kemiripan antara Comte da Spencer dalam ilmu-ilmu sosial. Keduanya sama-sama ingin menerapkan teori evolusionisme pada alam dan biologi ke dalam wilayah-wilayah kajian ilmu-ilmu sosial. Spencer lebih memperhatikan terhadap perubahan struktur sosial dalam masyarakat dan tidak pada perkembangan intelektual.
Menurut paradigma ini, ”Fakta Sosial’ menjadi pusat penyelidikan dalam sosiologi. Durkheim menyatakan bahwa fakta sosial itu dianggap sebagai baranag sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Ia berangkat dari realitas (segala sesuatu) yang menjadi objek penelitian dan penyelidikan dalam dalam studi sosiologi. Titik berangkat dari sifat analisisnya tidak menggunakan pemikiran spekulatif (yang menjadi khas filsafat), tapi untuk memahami realitas maka diperlukan penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Dan penelitian yang dihasilkanpun bersifat deskriptif dan hanya berupa pemaparan atas data dan realitas yang terjadi. Fakta sosial terdiri atas dua tipe, yaitu struktur sosial (social Structure) dan pranata sosial (lembaga institusi).
Paradigma yang kedua adalah Definisi Sosial, yang dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisa tindakan sosial (social action), eksemplar yang digunakan dalam paradigma ini adalah dari Max Weber (1864-1920). Weber memandang bahwa kenyataan sosial secara mendasar terdiri dari individu-individu dan tindakan-tindakan sosialnya yang berarti. Bagi Weber, Sosiologi adalah ”a science which attempts the interppretative understanding of social action in order therby to arrive at a causal explanation of its course and effects”.
Tekanan dalam definisi Weber ini berbeda dari pendirian Weber bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial yang bersifat eksternal, memaksa individu, dan bahwa fakta sosial harus dijelaskan dengan fakta sosial lainnya. Durkheim melihat kenyataan sosial sebagai suatu yang mengatasi individu, berada pada tingkat yang bebas; Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial. Bila Durkheim memiliki posisi yang umumnya berhubungan dengan realisme sosial maka posisi Weber berhubungan dengan posisi nominalis. Kaum nominalis berpendirian bahwa hanya individu-individulah yang riil secara objektif, dan bahwa masyarakat hanyalah suatu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu-individu. Perbedaan penting lainnya antara Durkheim dan Weber adalah pandangannya mengenai proses-proses subjektif yang sangat penting dalam definisi Weber.
Posisi Weber ini menjadi jelas dalam pernyataannya bahwa ”interpretative sociology considers the individual (Einzelindividuum) and his action as the basic unit, as its atom’...in this approach, the individual is also the upper limit and the sole carrier of meaningful conduct... in general,for sociology, such concept as `state`, association, feudalism, and the like, designate certain categories of human interaction. Hence it is the task of sociology to reduce these concept to understandable action, that is, without exception, to the action of participating individual men. Dari sini terlihat bahwa tujuan sosiologi interpretative Weber adalah untuk masuk ke arti-arti subjektif yang berhubungan dengan berbagai “kategori interaksi manusia”.
Dalam kerangka Weberian inilah paradigma definisi sosial menempatkan definisi aktor terhadap situasi social dan efeknya terhadap tindakan dan interaksi sebagai subject matter sosiologi. Ada banyak teori yang dicakup dalam paradigma definisi sosial. Dalam sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda yang disadur oleh Ali Mandan, Ritzer memberikan tiga teori yaitu ; Teori Aksi (action Theory), Interaksionisme Simbolik (symbolic interactionism) dan fenomenologi (phenomenology). Namun karena perkembangan yang pesat dalam teori sosiologi mutakhir Ritzer menambahkan lagi dua teori kedalam paradigma ini yaitu Etnometodologi (ethnomethodology) dan Eksistensialisme (exixtensialism).
Meskipun penganut paradigma definisi sosial yang paling sering menggunakan metode kuisioner-interview namun mereka juga lebih sering menggunakan metode observasi bila dibandingkan dengan penganut paradigma yang lain. Dengan kata lain, observasi merupakan metode yang membedakan penganut definisi sosial dari penganut paradigma lain. 
Ketiga, paradigma perilaku sosial. Eksemplar yang digunakan dalam paradigma ini adalah karya B.F Skinner yang mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behavioris ke dalam sosiologi. Skinner memandang kedua paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik dalam arti mengandung sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional. Fakta sosial – terdiri atas struktur sosial dan pranata sosial – yang menjadi subject matter paradigma fakta sosial dan sesuatu yang terjadi dalam pemikiran manusia berupa dalam pemikiran manusia berupa tanggapan kreatif terhadap suatu stimulus dari luar dirinya yang menjadi subject matter paradigma definisi sosial oleh Skinner dinilai sebagai suatu objek yang bersifat mistik.

14 komentar:

Wah,agan ini sosiolog ya...penjelasannya sangat ilmiah dan detail banget...He,,he,,he,,Paradigma sosial,bagaimana kita mengimplementasikannya sebagai machluq sosial ya gan...?? jika suatu saat paradigma ini bergeser..??

yac tinggal di implementasikan saja gan....xixixixixixixixixi...paradigma sangat dimungkinkan bergeser seiring dengan perkembangan pengetahuan, tinggal kita saja mau mengikuti yang mana....terimakasih sudah koment and mampir ^_^

wah... penjelasannya sangat bagus sekali sehingga mudah di pahami,
semoga para pakar2 sosiologi memiliki paradigma yang lebih maju lagi

Bagaimana cara pandang yang di lakukan para pakar sosiolog untuk menangani masalah2 sosial yang terjadi di masa sekarang, tolong berikan solusinya??

tulisan yang bagus...ijin copas yach

Penanganan masalah di Indonesia membutuhkan kerja nyata bukan hanya sekadar pandangan ahli/pakar. Kepedulian Politisi sangat berarti bagi jalan pembuka cerahnya kondisi Indonesia, di pundak merekalah kondisi seperti yang ada sekarang ini memungkinkan terjadi.

kerennnnn bener-bener yang saya perlukan. izinkan copas ya.. makasih banyak

wah materi ini sangat membantu...
izin copas ya... ^_^

wah materi ini sangat membantu...
izin copas ya... ^_^

wah materi ini sangat membantu...
izin copas ya... ^_^

ijin copas ya..buat tambahan referensi makalah sosiologi dikampus, makasih..sukses slalu..

bos ijin copas ya..buat tambahan referensi tugas ...mksh..sukses slalu