Mencegah Kecelakaan dengan Cho Ku Rei

Bagi Anda praktisi reiki dipastikan mengenal simbol Cho Ku Rei, nah dalam tulisan kali ini saya akan share mengenai salah satu manfaat/ kegunaan dari simbol tersebut, kenapa saya katakan salah satu manfaat, karena simbol tersebut sebenarnya banyak manfaat, nah untuk mengetahui apakah manfaat simbol tersebut, para praktisi bisa mempelajari lebih mendalam mengenai eksistensi simbol Cho Ku Rei tersebut. 

Yang akan saya share adalah kegunaan simbol Cho Ku Rei untuk mencegah insiden atau kecelakaan atau musibah lainnya. 

Nah sebelum Anda memulai aktivitas anda baik itu bepergian, memasuki ruangan pertemuan/ meeting, melakukan panggilan telphone atau setiap kali anda merasa penat/stress atau anda merasakan energi negatif yang begitu kuat di sekeliling anda. Maka sebaiknya anda memproteksi diri anda dengan energi reiki untuk menetralkan hal tersebut atau dengan kata lain untuk memproteksi anda dari hal-hal yang tidak diinginkan dan untuk kebaikan tertinggi bagi semua pihak. 

Caranya : Sebelum memulai aktivitas anda, luangkan waktu sejenak untuk berdoa dan menyalurkan energi reiki. Buatlah simbol Cho Ku Rei kemudian bungkus dengan bola energi, pastikan bola energi bulat sempurna dan padat. 

Afirmasikan : Energi reiki akan membersihkan/ memurnikan aura Anda, pikiran Anda, Tubuh Anda, energi di dalam ruangan, atau mobil atau disekitarnya untuk kebaikan tertinggi bagi semua pihak. 

Setelah itu lepas bola energi tersebut ke udara. dan akhiri sesi tersebut dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tip: Lindungi diri Anda dengan benar dan Anda akan mendapatkan keuntungan dari perlindungan tambahan!

 

Read More

Handphone sebagai media Reiki

Pesatnya perkembangan teknologi saat ini memungkinkan kita terhubung dengan siapapun setiap saat, bisa dikatakan bahwa hampir setiap orang saat ini memegang handphone. Nah berbicara mengenai handphone maka dalam kesempatan ini saya akan sharing tentang penggunaan handphone sebagai media penyalur energy reiki. 

Kali ini kita akan sedikit bereksperimen dengan symbol Hon Sha Ze Sho Nen. Sudah kita ketahui bersama bahwa simbol Hon Sha Ze Sho Nen berfungsi sebagai jembatan atau penghubung jarak dan waktu. Nah, berikut beberapa langkah untuk membuat handphone sebagai media penyalur reiki : 

Langkah 1. Letakkan telepon di depan Anda, seperti di atas meja.

Langkah 2. Bersantai dan berdoalah untuk memulai mengalirkan energy Reiki.

Langkah 3. Mulai mengirim Reiki ke ponsel, buatlah bola energy yang kecil namun padat dan kirimkan ke   

                   handphone

Langkah 4. Gambarkan simbol Hon Sha Ze Sho Nen, dan masukkan ke dalam bola energy tadi

Langkah 5. Afirmasikan  "Semoga energi yang tersimpan di sini (handphone) dapat mengirimkan energy 

                  reiki kemanapun diperlukan untuk menyembuhkan dan meningkatkan energi semua situasi yang 

                  dibicarakan melalui telepon ini, untuk kebaikan tertinggi dari semua yang terlibat."

Langkah 6. Buatlah bola energy yang padat, pergunakan symbol Cho Ku Rei untuk memperkuat Hon Sha  

                  Ze Sho Nen yang telah ditempatkan sebelumnya.

Langkah 7.Akhiri dengan berdoa .

Teknik ini membutuhkan waktu sekitar 4-5 menit untuk menyelesaikan. Anda dapat mengulangi teknik ini setiap kali Anda merasa itu habis, atau hanya "isi ulang" itu dari telapak tangan Anda setiap kali Anda berbicara.

Selamat mencoba

 

Read More

Kesenian Caci

Kesenian Tradisional adalah salah satu dari sejumlah kekayaan budaya bangsa Indonesia yang multikultur. Setiap daerah memiliki jenis dan ragam kesenian sendiri yang tentunya unik dan menarik bagi wisatawan. Kesenian Caci salah satunya, kesenian ini merupakan kesenian khas dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Kata caci terdiri dari dua suku kata yaitu ca dan ci. Bagi masyarakat Manggarai, kata caci berasal dari kata ca yang berarti satu dan ci yang berarti paksa atau memaksa. Secara harfiah arti caci satu, satu di sana satu di sini, memukul dan menangkis secara berbalasan satu lawan satu. (Adi M. Nggoro 2006:127). Caci merupakan pertarungan dua orang pria, satu lawan satu secara bergantian. Dalam caci ada pihak memukul (paki) lawannya dengan menggunakan pecut, cambuk (larik) atau tali. Sedangkan lawan yang dipukul menangkis (ta’ang) dengan menggunakan perisai (nggiting) dan busur (toreng, agang). 

Permainan caci terdiri dari dua kelompok (kubu). Istilah kubu di sini bukan dimaksud sebagai lawan, musuh atau menampilkan kehebatan saling pukul atau saling cambuk, melainkan mempertahankan semangat kekeluargaan. Selain itu permainan caci tidak mementingkan siapa yang kalah dan yang menang. Di antara mereka tidak ada rasa dendam setelah bermain caci, bahkan meningkatkan rasa persatuan, persaudaraan dan persahabatan. Hal yang terpenting dilihat adalah permainan caci itu secara keseluruhan. Dalam permainan caci penampilan kekuatan bukanlah aspek terpenting tetapi bagaimana seni bertanding secara sehat dan sportif. Permainan caci merupakan suatu momen budaya tertentu yang sifatnya suka cita dan dilakukan dalam upacara adat dan acara khusus. Hal ini dapat dilihat dalam upacara perkawinan (tae kawing), syukuran (penti) baik syukuran membuka ladang baru maupun syukuran hasil panen, syukuran warga kampung, syukuran tahunan, syukuran pentahbisan imam, penyambutan tamu kehormatan, peringatan HUT Kemerdekaan RI, hari Pendidikan Nasional, Sumpah Pemuda atau hari bersejarah lainnya. Dalam masyarakat Manggarai penti adalah pesta adat Manggarai yang bernuansa syukuran kepada leluhur atau supranatural atau wujud tertinggi (mori keraeng) yang dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat dalam situasi formal dan suasana suka cita ( Nggoro 2006 :187). 

Dalam kesenian caci yang ikut bermain adalah orang dewasa yang sudah berumur 21 tahun ke atas karena permainan ini secara bebas diartikan menguji ketangkasan satu lawan satu. Namun demikian orang tua juga diperbolehkan bermain caci karena tidak menutup kemungkinan walaupun sudah tua selain masih kuat dan berpengalaman. Dalam permainan caci tidak diperkenankan pemain antara saudara kandung, saudara sepupu dekat, satu warga kampung, keluarga tetangga (pa’ang ngaung) kenalan dekat (kae reba). Hal ini dilakukan karena semua sudah dianggap saudara atau keluarga.

Read More